Teori Definisi Harga Diri

Definisi harga diri

Harga diri adalah istilah penilaian yang mengacu pada penilaian positif, negatif, netral, dan ambigu yang merupakan bagian dari konsep diri, tetapi bukan berarti cinta diri sendiri. Individu dengan harga diri yang tinggi menghormati dirinya sendiri, mempertimbangkan dirinya berharga dan melihat dirinya sama
dengan orang lain, sedangkan harga diri rendah pada umumnya merasakan penolakan, ketidakpuasan diri dan meremehkan diri sendiri (Frey & Carlock, 1987)

Harga diri merupakan penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil dan berharga. Kesadaran tentang diri dan perasaan terhadap diri sendiri
itu menimbulkan suatu penilaian terhadap diri sendiri baik itu positif maupun negatif (Coopersmith, dalam Berns, 2004).

Harga diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Harga diri mencakup penilaian dan penghargaan terhadap diri sendiri dan menghasilkan sikap positif atau negatif terhadap dirinya sendiri. Sikap positif
terhadap diri sendiri adalah sikap terhadap kondisi diri, menghargai kelebihan dan Universitas Sumatera Utara
potensi diri, serta menerima kekurangan yang ada. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap negatif terhadap diri sendiri adalah sikap tidak suka atau tidak puas dengan kondisi sendiri, tidak menghargai kelebihan diri dan melihat diri sebagai sesuatu yang selalu kurang (Santrock, 1998).

Menurut Hurlock (1999) harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan oleh seseorang yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan, dan penerimaannya dari orang lain. Berdasarkan uraian diatas harga diri merupakan suatu penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri apakah seseorang merasa dirinya mampu, bermakna, berhasil maupun bermanfaat atau tidak serta bagaimana perasaan terhadap dirinya sendiri yang diekspresikan melalui sikap-sikapnya, menerima atau menolak
dirinya.

Margin Pemasaran (Pustaka)

Margin tataniaga adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani.  Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut.  Makin panjang tataniaga (semakin banyak lembaga yang terlibat) maka semakin besar margin tataniaga (Daniel, M., 2002).

Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani.  Komponen margin pemasaran ini terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran (Sudioyono, 2002).

Ramadhan (2009) mengatakan bahwa, margin pemasaran dapat didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2) margin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran.

    Kamaluddin (2009) berpendapat bahwa, margin pemasaran dapat didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) margin pemasaran merupakan selisih antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. (2) margin pemasaran merupakan biaya dari balas jasa pemasaran.

Daftar Pustaka:
Daniel, M., 2002.  Pengantar Ekonomi Pertanian.  Bumi aksara, Jakarta.

Sudioyono, A., 2002.  Pemasaran Pertanian.  Universitas Muhammadiyah, Malang.

Ramadhan, W., 2009.  Analisis Margin Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.  http://www.deptan.go.id.

Kamaluddin., 2009.  Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran.  http://www.deptan.go.id